BOLMONG, dutademokrasi.com— Minggu sore dua pekan sebelum turnamen dimulai, di Kolam Pemancingan Desa Poyowa Besar, duduk menyaksikan para pecinta Mancing Galatama Totabuan Angler sementara bertanding memperebutkan hasil pancingan terberatnya. Sebuah inspirasi muncul dari sosok Panglima untuk menggelar turnamen Catur memperebutkan hadiah.
Siapa sosok Panglima? Dia adalah Tahlis Gallang. Memangkuh jabatan tertinggi Aparatur Sipil Negara (ASN) Kabupaten Bolaang Mongondow. Kenapa dia akrap dipanggil Panglima?
Sedikit disentil soal panggilan ini bagi pejabat daerah. Biasanya, panggilan seperti ini digunakan kepada Pejabat Tertinggi TNI. Panglima untuk Tahlis Gallang memiliki artian lain. Selain dia pejabat tertinggi ASN, melekat pula padanya alumni Taruna Praja IPDN Angkatan 05. Sehingga dalam penyebutannya singkatan dari Purna Praja Angkatan Lima (Panglima).
Momentum Hari Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia ke-75 menjadi saat yang tepat untuk pelaksanaan turnamen catur yang direncanakan. Mengimplementasikan bentuk penghargaan atas kemerdekaan yang diraih atas cucuran darah para pejuang bangsa, hanya dengan memeriahkannya dalam berbagai cara masing-masing. Melalui papan catur Panglima, akan tercipta juara-juara handal tatur daerah yang hebat.
Filosofi catur dalam kehidupan mengandung arti yang luas. Dalam permaainan yang dimainkan oleh para pecatur memiliki sasaran untuk mematikan raja lawan. Jika tujuan yang dimainkan tidak mungkin mencapai sasaran, maka pemain mengubah tujuannya. Perubahan terjadi pula pada langkah-langkahnya untuk mencapai tujuan tersebut.
Dalam turnamen catur, untuk memenangkan sebuah pertandingan dapat mengutip inspirasi kalimat dari Albert Einstein. “Hanya orang gila yang melakukan hal yang sama dan mengharapkan hasil yang berbeda,”. Butuh keberanian dengan pola fikir yang kuat untuk merubah sebuah strategi menggapai visi yang diharapkan.
Dukungan turnamen Papan Catur Panglima ini datang pula dari istri tercintanya Win Ponuntul. Bahkan inspirasi awal datang darinya disaat menyaksikan permainan catur non turnamen antara saya dan sopir pribadinya Alfian Andup. “Saya suka permainan catur. Coba buat lomba di rumah. Nanti hadiahnya saya yang tanggung,” kata istri Panglima sambil menyaksikan pertarungan kami.
Seruan itulah yang memicu adrenalin Sang Panglima untuk melaksanakan turnamen ini. “Boleh. Nanti akan kita gelar dalam waktu dekat ini. Hadiahnya nanti akan saya tambah juga. Untuk juara satu, dua dan tiga,” sahutnya menapik seruan istri tercintanya.
Pekan berjalan belum terinformasi hari pelaksanaan digelar. Tak sabar hati ingin secepatnya turnamen ini digelar. Ternyata, Panglima sudah menyusun rencana pelaksanaannya dalam momentum hari kemerdekaan. Tepat 17 Agustus 2020, usai pelaksanaan upacara bendera peringatan Hari Ulang Tahun Proklamasi Kemerdekaan ke-75, informasi pelaksanaan turnamen disampaikannya.
Kegiatan digelar malam hari di Kediaman Panglima Desa Poyowa Besar Kecamatan Kotamobagu Selatan. Awalnya peserta hanya Sepuluh pasang saja, berkembang keesokan harinya bertambah sehingga permainan yang dilakukan dengan sitem hitung poin masing-masing lebih panjang dari perencanaan sebelumnya. Tadinya, dipastikan akan selesai dalam kurun waktu tiga hari pelaksanaan, berakhir melebihi target pelaksanaan menjadi sepekan lamanya.
Pelaksanaan turnamen Papan Catur Panglima digelar hanya malam hari. Olah otak, memainkan strategi masing-masing pecatur yang dari kalangan pemula hingga profesional bergulat didalamnya. Panglima sendiri hanya bertindak selaku juri dalam turnamen ini. Ungkap hatinya ingin bertanding, apa daya turnamen ini digelarnya. “Biarlah siapa yang juara akan bertarung dengan saya,” ungkap Panglima sambil mengusap rambut dalam keheningan dini hari pelaksanaan turnamen.
Kembali ke filosofi catur. Jika dikaitkan dengan kehidupan kita dalam merebut sebuah kemerdekaan, strategi permainan catur inilah yang dimainkan oleh merebut da mematikan lawan. Kemampuan memainkan sebuah strategi penentu menuju kemenangan.
Salah satu strategi yang dimainkan oleh para pejuang adalah Taktik Perang Gerilya yang dipimpin langsung oleh Panglima Tertinggi Jenderal Sudirman. Dikutip situs resmi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), perang gerilya merupakan sebuah respon atas Agresi Militer Belanda II. Belanda kembali masuk ke Indonesia terutama di Pulau Jawa pada 14 Desember 1948. Kedatangan Belanda untuk melumpuhkan dan menghancurkan semangat militer Indonesia.
Singkat cerita, semangat juang Panglima Tertinggi negeri Jenderal Sudirman tak pupus dengan strategi yang dimainkan oleh Kompeni Belanda. Berpindah-pindah tempat, menyerang pasukan penjajah Belanda, mundur kembali dan berpindah tempat, membuat para kompeni kewalahan. Tak mampu dibaca oleh penjajah strategi yang dimainkan ini. Akhirnya, Kota Jokjakarta mampu kembali direbut.
Agresi militer yang dilakukan bangsa ini tak lepas pula dari filosofi catur untuk merebut kemenangan mematikan raja lawan atau membuat seri pertandingan. Pada intinya, kemenanganlah yang diraih dalam sebuah turnamen seperti yang digelar ini.
Papan Catur Panglima menghasilkan empat orang masuk babak semi final dengan poin tertinggi dari seluruh peserta yang ikut turnamen. Masing-masing Cipta Molanu, Sofyan, Hendra Makalalag dan Saleh Atilu. Keempat peserta ini, mampu menunjukan permainan terbaiknya mematahkan poin-poin peserta lainnya.
Semarak babak semifinal turnamen catur ini, lebih meriah lagi disaksikan kembali oleh seluruh peserta yang ikut sebelumnya. Empat orang berebut juara dengan wasit pertandingan langsung oleh Panglima. Pelaksanaan kali ini tidak digelar lagi dikediamannya, melainkan di Kolam Pemancingan dimana awal inspirasi itu muncul.
Disuguhi bebek dengan aroma rempah-rempah lezat mewarnai semangat para pemain dan penonton yang hadir. Saleh Atilu tak mampu mengalahkan Cipta Molanu, hanya mampu melawan imbang dengan skor 2-2. Demikian pula dengan permainan lainnya, Sofyan dan Hendra Makalalag, dimenangkan oleh Sofyan dengan skor pertandingan 3-1.
Babak final turnamen Papan Catur Panglima mempertemukan Cipta Molanu melawan Sofyan. Keduanya sudah sempat bertemu pada babak penyisihan sebelumnya. Pertandingan babak penyisihan dimenangkan oleh Sofyan dengan skor 3-1. Final penentuan juara tergantung dari kemampuan strategi masing-masing. Pola fikir untuk memainkan pion dan perwira sangat menentukan mencapai puncak kemenangan.
Set pertama pertandingan diperoleh Sofyan. Skor beruba pada posisi set kedua dengan ditahan imbang oleh Cipta Molanu. Pertandingan tentunya sangat seru. Keduanya memperlihatkan permainan yang gemilang. Sofyan kembali mengadu otaknya untuk merebut kembali kemenangan dalam pertandingan set ketiganya. Strateginya berhasil dan dia menang lagi pada set ketiga. Penentuan skor terakhir pada set keempat. Jika mampu ditahan imbang lagi oleh Cipta Mulanu, pertandingan akan dilanjutkan dengan tambahan set kelima.
Menjelang Magrib, pertandingan set keempat dimenangkan oleh Cipta Molanu, skor imbang poin 2-2. Nampak terkuras otak keduanya. Sambil menatap desakan deadline pekerjaannya selaku wartawan disalah satu media cetak lokal daerah melalui smartphonnya, Cipta Molanu mulai guyar. Set kelima dimainkan. Kondisi seperti ini tentunya menguntungkan bagi Sofyan. Kemampuan Cipta Mulanu mengasah otak sudah terganggu dengan desakan pekerjaan yang mengharuskan dirinya juga mengerjakan tugasnya tersebut.
Masih kewalahan juga Sofyan dalam meraih kemenangan pada set kelima ini. Konsentrasi Cipta Molanu mulai tak stabil. Langkah-langkah strategi catur yang dimainkannya tak lagi pada kolidor sebelumnya yang sering dimainkannya. Alhasil, pertarungan awal kalah perwira. Set terakhir ini memang kesempatan emas Sofyan untuk merebut kemenangan dimana posisi lawan tidak lagi konsentrasi dengan permainannya. Sofyan akhirnya menang dengan skor 3-2.
Pada pertandingan lain juga antara Saleh Atilu melawan Hendra Makalalag, tak kalah serunya. Keduanya memainkan langkah taktis saling mengadu strategi untuk mematahkan serangan menuju visi yang ingin kemenangan. Merebut posisi ketiga antara keduanya pun menegangkan. Set pertama permainan dimenangkan oleh Saleh Atilu. Posisi tersebut direbut kembali oleh Hendra Makalalag pada set keduanya.
Pertahanan imbang pada posisi set kedua dengan skor poin 1-1. Pertandingan memakan waktu cukup panjang. Olah raga adu otak yang dimainkan ini menguras fikiran bagi keduanya. Saleh Atilu kembali mengambil kemenangan pada set ketiga. Peluang masih ada bagi Hendra Makalalag pada set keempat. Skor poin 2-2 mampu disamakan. Akhirnya pertandingan dimenangkan oleh Saleh Atilu pada tambahan set kelima dengan skor akhir 3-2.
Memaknai hari kemerdekaan dapat diimplementasikan dengan beragam cara bagi kita anak bangsa. Pertandingan catur yang digelar oleh Panglima, mengingatkan kembali betapa sulitnya merebut sebuah kemenangan. Butuh pemikiran kuat serta perjuangan yang sungguh-sunggu untuk merebut kemenangan. Filosofi yang terfikir kembali melihat masa lampau dimana teguhnya para pejuang bangsa merebut Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Kini Papan Catur Panglima dititipkan pada saya. Satu pesan yang dikatakannya sebagai motifasi untuk lebih berkembang terhadap diri pribadi. “Bawah papan catur ini di rumah. Semua strategi catur tertulis dibelakang papan. Belajar, supaya kedepannya bisa juara,” seruh Panglima seraya menyerahkan papan caturnya.
Penulis : Chandra
paavti
gb7qyf