Banyak versi menceritakan asal muasal Suku Bantik. Disini saya membahas terlebih dahulu asal muasal nama Bantik. Dari literatur situs sejarah menyebutkan Bantik bukanlah penggalan kata yang diambil berdasarkan kejadian dan lain sebagainya. Bantik adalah nama sosok manusia yang memiliki kemampuan dan diagungkan sebagai pahlawan oleh masyarakat. Tidak ada yang bisa menterjemahkan artinya. Kalaupun ada penyebutan lain itu pengaruh tagalog bahasa Jepang dan Belanda yang menjajah negeri ini.
Dari tatanan dialeg bahasa, Bahasa Bantik memiliki banyak kesamaan dengan Bahasa Tahuna Sangihe. Artinya, keberadaan peradaban masa lampau tak jauh dari wilayah tersebut, atau bisa saja dari wilayah itu sendiri. Contoh Banua. Dalam bahasa Sangihe artinya Kampung. Sama halnya juga dengan Bahasa Bantik artinya Kampung.
Baca juga : Asli Atau Pendatang
Cerita kalangan Suku Minahasa mengemukakan asal muasal Bantik dari tanah Minahasa. Disini saya selalaku Anak Suku Bantik, tak pernah mendengar ada kesamaan dalam bahasa. Perbedaan bahasa mengharuskan kurang menyetujui presepsi tersebut.
Perawakan dan warna kulit juga membedakan masyarakat Bantik dan Minahasa. Kecuali terjadi kawin-mawin antara kedua Suku ini akan menghasilkan bibit unggul yang menawan. Berbeda dengan perawakan keturunan asli Tahuna. Hampir sama dengan perawakan Suku Bantik.
Pulau Panimbulrang letaknya tidak jauh dari kepulawan Sangihe. Bermukim sebuah peradaban yang konon katanya dihuni Suku Bantik. Bagi orang-orang Tahuna Sangihe, pulau tersebut dinamakan Kendahe. Letaknya dekat dengan Negara Philipina. Pemimpinnya kala itu Datoe atau Raja Wuisan.
Raja Wuisan ini, memiliki hubungan baik dengan Philipina. Dia sering meninggalkan permasyurinya berkunjung ke negara tersebut. Sampai akhirnya, sekembalinya permasyuri sudah bersama dengan laki-laki lain. Akhirnya Raja Wuisan meninggalkan tanah leluhur berlayar hingga ke Minahasa.
Tanduk kekuasaan dijabat oleh anaknya. Disinilah malapetaka tenggelamnya pulau tersebut. Pulau ini, sering muncul di permukaan laut. Diceritakan oleh warga yang melihatnya, sering terdengar suara tangisan orang-orang didalamnya. Pulau ini tenggelam, menelan jumlah korban sangat banyak.
Kembali dalam cerita Suku Bantik. Ada salah satu manusia raksasa. Dari enam raksasa yang mendiami Tahuna kala itu. Satu diantaranya Angsuang. Diceritakan dari kisah Tahuna, Angsuang pindah berlayar ke Bolaang Mongondow. Angsuang ini dikenal sebagai Raksasa Kanibalisme. Pemakan manusia, suka memotong kepala manusia dan memakannya.
Teringat cerita dikala masih kecil dulu, Orang-orang tua sering menakut-nakuti anak-anak dengan sebutan Kasuang. Bagi anak kecil Bantik, termasuk Saya, sangat ketakutan mendengar nama tersebut. Penamannya memiliki kemiripan dan arti yang sama.
Jika melihat dari referensi sejarah Tahuna, Sekelompok orang dari Suku Bantik berpindah ke Bolaang Mongondow pada tahun 1300an dijaman kedatoean Gumensalangi. Selain di Bolaang Mongondow, Sebahagian datangi Wenang (Manado), mengikuti mencari keberadaan Datoe Wuisan di Minahasa.
Keturunan Raksasa, hanya ada di Bolaang Mongondow dengan sebutan dikenal dengan Bogani. Kebenaran lain yang didapati, penyebutan Bogani memiliki kesamaan dengan Bagani dari negara Philipina. Apakah para Bogani merupakan keturunan dari Angsuang yang notabenenya leluhur Bantik.
(Penulis mendeskripsikan sejarah ini dari referensi cerita rakyat Kepulawan Sangihe-Talaut).
BERSAMBUNG………..
*** Chandra Anak Bantik (CANTIK) ***
7ljldc