CATATAN, dutademokrasi.com— Bolaang merupakan wilayah Maritim. Mengenai asal-usul keberadaan orang Bolaang selalu dikaitkan dengan awal mulanya orang-orang Bolaang terdahulu masuk melalui perairan laut Bolaang.
Masyarakat setempat meyakini bahwa orang Bolaang adalah masyarakat asli dan penduduk pertama kali di Bolaang Mongondow. Orang Bolaang inilah yang kemudian bermigrasi di wilayah-wilayah lainnya termasuk di pedalaman yang berbukit.
Orang-orang Bolaang terdahulu pun, menurut penuturan masyarakat setempat mereka tidak tinggal di tepi laut seperti sekarang ini. Mereka tinggal di daerah-daerah pedalaman dan sesekali mereka turun ke laut mencari ikan.
Sampai sekitar abad ke-15, para pedagang-pedagang Arab dan Cina masuk di Bolaang. Bangsa Arab merupakan pendatang yang pertama kali datang di Bolaang, tetapi mereka tidak tinggal di Bolaang. Mereka menuju ke daerah lain, seperti di daerah Buroko. Kemudian, datang Cina yang masuk juga melalui perairan laut Bolaang. Tidak seperti Arab, bangsa Cina justru memilih Bolaang sebagai tempat tinggal mereka.
Masuknya bangsa Arab dan Cina melalui perairan laut Bolaang, ini membuktikan bahwa Bolaang pernah menjadi pelabuhan kuno pintu masuk manusia-manusia terdahulu. Hal ini juga erat kaitannya dengan awal persebaran manusia sekitar 2.000-300 SM.
Dimana, menurut sebagian ahli sejarah, nenek moyang bangsa Indonesia berasal dari rumpun Melayu Austronesia. Kemudian, rumpun ini menyebar di pulau-pulau Nusantara melalui dua jalur menggunakan perahu bercadik (sayap). Perahu bercadik yang digunakan manusia terdahulu sebagai alat transportasi, banyak pula ditemui di desa Bolaang dan banyak digunakan oleh para nelayan untuk mencari ikan.
Memang, tidak ada yang tahu persis kapan dan dari mana asal-usul nenek moyang orang Bolaang. Namun, jika dipandang dari postur tubuh, warna kulit dan kesamaan beberapa kata dalam bahasa. Maka, orang-orang Bolaang terdahulu bagian dari kelompok migrasi kedua bangsa detromelayu (melayu muda) atau orang-orang dari austronesia, mereka melalui Yunan-Vietnam, semananjung Malaya, Sumatera, Jawa dan Sulawesi.
Bahasa yang digunakan juga oleh orang Bolaang umumnya adalah bahasa Mongondow sebagai bukti bahwa bahasa ibu dari suku Mongondow masih terlestarikan sampai saat ini.
Setelah sebagian dari kelompok ini bermigrasi ke pedalaman, menurut cerita (O’uman) dari orangtua terdahulu, kelompok ini tidak serta merta meninggalkan daerah pesisir pantai. Karena pada waktu-waktu tertentu mereka datang mencari ikan di laut.
Dari segi ilmu pengetahuan, cerita yang berkembang dari masyarakat, memang tidak bisa sepenuhnya dijadikan sebuah fakta sejarah. Perlu ada kajian dan penelitian secara ilmiah. Akan tetapi, dengan ditemukannya benda purbakala seperti relief gambar padi dan perahu di dalam kubur tebing dumoga, paling tidak, kita dapat mengkaitkan-kaitkan cerita masyarakat dengan benda purbakala tersebut.
Relief atau lukisan di dinding-dinding gua menggambarkan cara hidup mereka yang bergantung pada alam. Lukisan padi dan perahu yang ditemukan di Dumoga, berarti menggambarkan pengalaman, perjuangan dan harapan hidup. Itu artinya, pada iklim tertentu mereka bercocok tanam dan pada cuaca tertentu mereka mencari ikan di laut.