BOLSEL, dutademokrasi.com— Ketua LPTQ Sulut dan Ketua Dewan Masjid Sulut H Herson Mayulu SIP dalam penyelenggaraan halal bi halal yang dirangkaikan dengan gebyar ketupat Pemerintah Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan (Bolsel) yang diselenggarakan di Desa Adow Kecamatan Pinolosian Tengah, Rabu (12/6/2019), dipercaya membawa hikmah dihadapan ratusan masyarakat yang dihadiri langsung oleh Wakil Gubernur Steven O Kandouw, Bupati Iskandar Kamaru SPt dan Wakil Bupati Dedi Abdul Hamid serta jajaran pemerintahan daerah bersama tamu dan undangan.
Dalam membawakan hikmah tersebut, H Herson Mayulu SIP mengutip sejarah penyelenggaraan halal bi halal yang menjadi kebiasaan masyarakat muslim Indonesia hingga sekarang ini. Dirinya menceritakan cikal bakal halal bi halal terjadi pada tahun 1948. Disaat pergolakan Bangsa Indonesia dijaman pemerintahan Presiden Soekarno usai kemerdekaan kala itu.
Negara Indonesia dalam situasi pergolakan yang belum usai. “Pada saat Bulan Ramadhan, Bung Karno berfikir tentang penyatuan Bangsa Indonesia dari berbagai pergolakan yang terjadi di negara kita ini. Dia (Bung Karno) memanggil salah seorang Kiay yang sangat berpengaruh. Dialah KH Abdul Wahab Chasbullah, sipenggagas halal bi halal ini,” papar Herson Mayulu.
Pada tahun 1948 Bung Karno memanggil KH Wahab Chasbullah dipanggil ke Istana Negara untuk dimintai pendapat dan sarannya dalam mengatasi situasi politik bangsa indonesia yang tidak sehat. Kemudian Kiai Wahab memberikan saran kepada Bung Karno untuk menyelenggarakan silaturahim karena tak lama lagi pelaksanaan Idul Fitri, dimana seluruh umat muslim disunahkan bersilaturahim.
Lalu dalam percakapannya, Bung Karno menjawabnya. “Silaturahim kan biasa saja, saya ingin ada istilah lain,” kata Bung Karno dalam pemaparan singkat cerita halal bi halal H Herson Mayulu. Sembari menambahkan percakapan keduanya yang dijelaskan oleh Kiai Wahab. “Itu Gampang. Begini para elit politik bangsa tidak mau bersatu, itu karena mereka saling menyalahkan. Saling menyalahkan tentu hukumannya adalah dosa. Supaya mereka tidak punya dosa, maka harus dihalalkan. Mereka harus duduk dalam satu meja dan saling memaafkan, saling menghalalkan. Sehingga silaturahmi nanti kita pakai halal bi halal,” jelas Herson Mayulu dalam menceritakan sejarah percakapan keduanya.
Jika kita implementasikan dalam kondisi sekarang ini, lanjut Herson Maulu, Negara Indonesia termasuk Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan menggelar Pemilihan Umum serentak. Lewat momentum halal bi halal ini, menjadi ajang saling memaafkan sesama manusia sebagai mahkluk yang takut akan tuhan. “Kita yang berada disini tidak semuanya sama. Dalam pemilu kemarin tentunya perbedaan pilihan itu sudah menjadi kebiasaan. Lelwat halal bi halal ini kita juga harus ikhlas untuk saling menghalalkan. Termasuk yang tidak memilih saya dalam Pileg kemarin saya sudah maafkan,” ucap Herson Mayulu disambut tawa dan tepukan tangan masyarakat tamu dan undangan yang hadir.
Calon Anggota DPR RI periode 2019-2024 terpilih ini juga menambahkan sebagai bangsa Indonesia yang hidup ditengah kemajemukan keberagaman suku adat dan agama serta bahasa dan lain sebagainya, harus bangga dengan gagasan halal bi halal ini dalam bingkai silaturahmi. “Kita harus berbangga dengan perayaan seperti ini. Karena hanya di Indonesia sajalah ada perayaan halal bi halal setelah Idul Fitri dalam Islam. Walaupun Negara Arab Saudi sana menganut Agama Islam tapi tidak ada acara halal bi halal setelah lebaran seperti ini,” ujar Herson Mayulu. (cp)