Oleh : Subagio Manggopa – Orang Bangomolunow
Politik saat ini bukan lagi hal yang asing bagi masyarakat. Topik ini selalu menjadi tema utama di berbagai media maupun tempat. Mulai warung kopi, warung makan sampai hajat “hidup dan mati” (nikahan dan duka) di masyarakat – terutama sekali menjelang pilkada ataupun pemilu – topik ini selalu saja hangat menjadi perbincangan.
Hal ini tentu bukanlah tanpa alasan. Sebab bicara politik berarti berkaitan dengan hajat orang banyak. Oleh karena itu, keterlibatan masyarakat sangat diperlukan – dalam rangka untuk membentuk pemerintahan – sebagai wujud pelaksanaan kedaulatan rakyat melalui pilkada ataupun pemilu. Tentunya, dengan harapan akan memperoleh kehidupan yang lebih baik. Jika sejatinya, “Politik adalah usaha yang ditempuh warga negara untuk mewujudkan kebaikan bersama.” (Aristoteles). Maka, di Pemilu 2019 nanti, tentu dibutuhkan usaha bersama masyarakat BMR memberikan dukungan terhadap figur-figur BMR. Hal ini menjadi penting, agar nantinya BMR memliki keterwakilan di pusat. Dengan bagitu, semua keinginan dan harapan masyarakat BMR akan mudah kita wujudkan. Lantas, siapakah figur BMR yang akan diusung?
Meski masih setahun ini digelar, perhatian kita sudah tersedot oleh riuh semaraknya para figur yang menghiasi lanskap media sosial. Adalah wajah-wajah baru, yang menarik dicermati dan menjadi perhatian kita masyarakat BMR. Herson Mayulu, Benny Ramdhani dan Kamran Muchtar adalah yang paling gres dan sudah diprediksi sebelumnya untuk meramaikan perhelatan hajatan 5 tahunan tersebut. Tak pelak, hadirnya ketiga figur BMR ini menimbulkan perdebatan di kalangan masyarakat – terutama sekali para pendukung masing-masing kandidat – mengenai peluang ketiga figur BMR yang lolos ke Senayan nanti. Hal ini tentu saja belum bisa disimpulkan. Mengingat, pemilu itu sendiri baru akan dilaksanakan ditahun 2019.
Sekedar prediksi, bahwa hasil perolehan suara Pemilu 2019 untuk DPR RI di Sulut, tidak jauh bergeser dengan hasil pemilu sebelumnya. Kendati, dengan diberlakukannya sistem perhitungan dan penetapan jumlah kursi parpol menggunakan metode “Sainte League,” perolehan suara PDI-P dan Golkar tidak jauh berpengaruh. Karena kita tahu, bahwa Sulut merupakan daerah yang menjadi basis-basis tradisional kedua parpol tersebut. Mungkin akan adanya perubahan pada parpol lain, seperti; Hanura, PAN, Demokrat ataupun Gerindra. Lalu, bagaimana peluang caleg kita, BMR? Jika hasil perolehan suara tidak banyak berubah, di parpol PDI-P Herson Mayulu akan jadi prioritas setelah Diana Dodokambey. Alasannya, Herson Mayulu adalah representatif caleg muslim di Sulut. Dan diusungnya Herson Mayulu oleh PDI-P merupakan langkah strategis yang diambil, mengingat belakangan ini isu negatif terus menggempur PDI-P sebagai parpol yang ‘anti Islam.’ Pembenahan dari kubu PDI-P untuk menghadapi Pemilu 2019 tidak hanya berlaku di Sulut, tetapi juga di daerah lainnya di Indonesia. Tak hanya itu, bila kita mencermati lalu lintas aktivitas figur BMR, yang paling eksis adalah Herson Mayulu. Intensitas kunjungan di luar daerah yang meningkat adalah sebagai bukti simpati masyarakat terhadap dirinya terus bertambah. Terlebih track record dan prestasi bagus yang ditorehkan selama kepemimpinannya. Hal ini sekaligus menjawab rumor yang santer beredarnya bahwa PDI-P bakal meloloskan paket Minahasa. Hmmpp…
Lantas, bagaimana peluang figur-figur BMR lainnya (yang berkepentingan yang sama ke DPR RI)? Benny Ramdhani bukanlah wajah yang baru-baru amat. Karena ia merupakan anggota DPD RI, dan sebelumnya juga pernah menjadi anggota DPRD sulut. Apalagi posisinya di Hanura yang cukup strategis. Hal ini tentunya sangat menguntungkan dirinya. Dan jika perolehan suara Hanura cukup baik di pemilu 2019 nanti, maka akan sangat mungkin Benny Ramdhani juga berpeluang mendapatkan jatah 1 kursi ke Senayan mendampingi Herson Mayulu.
Lain halnya kedua figur di atas, Kamran Muchtar, mohon maaf bukan bermaksud mengecilkan, akan tetapi belum begitu populer di kalangan masyarakat Sulut pada umumnya. Kendati, kabar yang beredar mendapat dukungan penuh dari sejumlah elit politik termasuk Bupati Bolmong, itu bukanlah jaminan mulusnya langkah Kamran ke Senayan. Popularitas figur masih menjadi kunci utama sebagai vote getter untuk meraup perolehan suara. Sehingga itu, saran saya, cepat-cepatlah “turun gunung” untuk mensosialisasikan diri. Tidak baik terlalu berlama-lama alpa dan cenderung fokus menggarap lahan sendiri. Karena “torang BMR”, butuh 3 kursi, bukan cuma 2 kursi.