BOLSEL, dutademokrasi.com— Berlinang air mata Wakil Bupati Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan Iskandar kamaru, SPt saat memimpin upacara dalam peringatan Hari Guru Nasional yang digelar di Grand Fajar Soguo, Senin (27/11/2017). Dimana, begiitu berartinya Hari Guru bagi dirinya untuk dipperingati, terlebih juga mengingat kisah hidupnya sebagai anak seorang guru dipelosok selatan Totabuan kala itu, Bolsel belum dimekarkan.
Ditengah himpitan ekonomi yang hanya pas-pasan, Wabup tak menyangka bisa hidup dan tumbuh dewasa bahkan bisa menjadi orang nomor dua di Kabupaten Bolaang Mongodow Selatan tidak lain karena jasa seorang guru. Hanya berbekal ilmu dan budi pekerti yang baik diterapkan oleh orang tua yang juga seorang guru di SD Momalia semasa hidupnya, bersama kakak beradiknya Wabup tumbuh dewasa hingga sukses seperti sekarang ini.
“Tanpa jasa dari guru-guru, Kami yang ada didepan ini, tentu tidak akan seperti ini. Bapak saya adalah seorang guru, kami kakak beradik besar dilingkungan pendidikan. Ternyata, apa yang diajarkan oleh orang tua selaku guru, bisa mendidik anak-anaknya menjadi yang terbaik sesuai harapan dan doa mereka,” kata Wabup Iskandar Kamaru SPt.
Sedikit Wabup bercerita, kehidupan seorang guru kala itu. Keluarga makan hanya dengann beras yang diberikan oleh pemerintah, harus bertahan hidup selama satu bulan sambil menunggu giliran jatah beras selanjutnya. “Saya sangat merasakan hal itu. Makan beras pemberian pemerintah, kadang kala bagus kadang kala juga sudah berkutu. Tapi itulah hidup, dijalani dengan penuh kesabaran, pasti tuhan akan menilai upaya yang kita perbuat,” kata Wabup dengan nada terbata-bata menahan linangan air matanya.
Momentum ini, bagi pribadi Wakil Bupati Iskandar Kamaru, SPt sangat bermakna dalam mengenang jasa guru-guru yang sudah berjasa mendidik dirinya terutama orang tuanya sendiri. “Atas nama Pemerintah Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan, saya mengucapkan terima kasih atas jasa-jasa guru dalam mendidik siswa hingga bisa sukses dalam menggapai cita-cita yang diinginkan,” ucap Wabup.
Lewat momentum itu juga, Wabup menyampaikan rasa penyesalannya mengetahui keberadaan guru-guru yang sering terlibat dalam politik praktis daerah. “Saya tahu bagaimana kehidupan seorang guru. Terlebih lagi dipelosok perbatasan. Bapak saya, dulunya seperti itu. Sangat bertentangan dengan hati kecil saya, harus mutasi kedaerah-daerah yang jauh dari keluarga. Maunya saya dengan Pak Bupati, guru-guru itu, mengajar ditempat dimana mereka tinggal dan menetap dengan keluarganya. Tapi kalian sendiri yang melanggar aturan selaku ASN. Terus terang saya sangat kecewa apabila mendapati demikian,” ungkap Wabup dengan nada sedihnya.
Wabup berharap, kedepannya dalam setiap momentum politik, guru-guru harus bisa menempatkan diri dalam posisi yang sebenarnya. “Jangan terlibat langsung lagu dalamm politik praktis,” ujar Wabup. (firman)