BOLSEL, dutademokrasi.com— Kesibukan seorang pemimpin daerah, bukan berarti lupa dengan kehidupan sehari-hari. Bupati Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan H Herson Mayulu SIP, diwaktu-waktu senggangnya mengurus daerah, memilih lagi mengurus ternak ayam kampungnya. Berawal dari hobi dan kecintaannya memelihara peternakan ayam, berkembang inspirasi membuat peternakan milik pribadinya.
Pakan Peternakan ayam kampung berkapasitas isi 500 ekor, mengawali inspirasi usaha Bupati pilihan rakyat pertama Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan dalam periode keduanya. Didatangi Selasa (7/3) kemarin, di Rumah singgahnya Kawasan Puncak Kima Desa Batuhamba Kecamatan Pinolosian, Bupati yang masih menggunakan kain sarung, kaos oblong dilengkapi dengan kopiah hajinya, tengah sibuk mengurus ayam kampung peliharaannya.
Hal ini membuat dirinya berbeda dari yang lainnya. Dalam percakapan bersama, Bupati H Herson Mayulu SIP mengungkapkan jauh sebelum dirinya menjadi seorang bupati, salah satu yang dicintainya adalah mengurus dan memelihara ternak ayam kampung. Itulah yang kembali digelutinya saat ini, sebagai pemberi contoh kepada masyarakat, agar bisa menjadi inspirasi berwirausaha yang baik di daerah.
“Saya dulu, sebelum menjadi bupati, ayam kampung yyang dipelihara sangat banyak. Memang saya hobi memelihara ayam seperti ini. Nah, sekarang saya rasa waktu luang cukup untuk mencoba kembali memelihara ayam, sebagai bentuk ajakan kepada warga, agar bisa bersama-sama mengembangkan usaha ini di Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan,” kata Herson Mayulu.
Bupati menjelaskan, potensi pemeliharaan ternak ayam di Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan sangat cocok dengan kondisi cuaca dan iklim serta lahan peternakan. Hanya saja, minat masyarakat untuk memulai dengan hal yang baru sangat kurang, sehingga perlu motivasi lebih dengan memberikan contoh terlebih dahulu kepada masyarakat. “Kita disini punya potensi yang sangat baik untuk memelihara ternak ayam. Kondisi lahan misalnya sangat cocok untuk dibuat peternakan. Cenderung minat dari masyarakat yang masih kurang untuk mencobanya. Karena itu saya mulai berinisiatif, untuk kembali mengajak masyarakat fokus lagi ke bidang ini,” ungkap Herson Mayulu.
Bermodalkan 500 ekor dipesan secara langsung dari Kediri, dengan besaran pengeluaran anggaran dihitung sebesar Rp 10.000 per ekornya, Bupati H Herson Mayulu SIP memulai usaha ini. Mampu untuk dijangkau oleh seluruh kalangan masyarakat menengah yang menginginkan pengembangan usaha dibidang peternakan.
Dari jumlah yang ada tersebut, cara perawatannya juga berpariasi, terlihat dari pemisahan kategori ayam yang di pelihara, saat dipantau bersama. Nampak ada pemisahan beberapa ekor ayam kampung yang baru berumur tiga minggu ini. “Kita bisa melihat kategori ayam yang sehat dan tidak sehat. Yang tidak sehat dipisahkan, diberikan perawatan intensif agar dia bisa hidup. Tidak boleh digabungkan dengan yang lainnya, agar dia bisa tumbuh dengan sehat,” papar Bupati menjelaskan tata cara pemeliharaannya.
Lanjutnya lagi menjelaskan, dari bibit-bibit yang tersedia tersebut, sesuai dengan rencananya, belum langsung dipasarkan, melainkan dijadikan sebagai induk ayam sebagai penghasil telur. “Kita akan memilih mana ayam-ayam yang cocok untuk dijadikan induknya. Kita buatkan kandang spesial untuk perkawinan dengan jantan yang memiliki potensi menghasilkan bibit yang besar dan sehat,” jelas Bupati.
Pengetahuan pemeliharaan ternak ayam ini, memang perlu diakui. Dalam cakapan bersama, pengetahuan pemeliharaannya juga disampaikannya dengan baik. Produktif untuk perkawinan ayam jantan dengan betina, perbandingannya minimal 1 jantan berbanding 5 betina. “Idealnya seperti itu. Supaya telur yang dihasilkan juga bernilai sehat. Kalau sudah melebihi dari itu, sudah tidak lagi berpotensi menghasilkan bibit unggul,” terangnya.
Dikatakannya pula, produksi telur yang dihasilkan, nantinya akan ditetaskan sendiri oleh mesin penetasnya. “Ayam-ayam pipit hasil dari modal pertama ini nantinya akan kita coba pasarkan kepada masyarakt yang menginginkan mengembankan usaha peternakan. Kan kalau dipesan, biayanya cukup mahal. Kita coba untuk mengembankannya di daerah, biar harganya juga menurun. Memang sangat sulit dan butuh kesabaran untuk memulainya. Tapi kalau tidak dimulai dari sekarang, kapan lagi kita di Bolsel sini akan ada daya tarik daerah lainnya. Minimal, jika ada yang memesan ayam kampung, sudah tidak lagi dipesan dari tanah jawa sana, di Bolsel sudah ada yang mampu mengadakannya,” ucap Herson Mayulu. (*)