BOLMONG, dutademokrasi.com— Kecamatan Passi Barat Kabupaten Bolaang Mongondow dikenal dengan penghasil Nenas. Namun ketersediaan stok panen yang dilakukan oleh petani daerah belum mampu mendangkan investor ke daerah. Salah satu upaya yang dilakukan, mengedepankan produk unggulan khusus untuk 13 desa Passi Barat.
Hal ini disampaikan oleh Camat Passi Barat Marief Mokodompit belum lama ini. Katanya, produksi Nenas belum merata di seluruh desa yang ada di Kecamatan Passi Barat. Pada proses pengolahannya saja, baru dimanfaatkan oleh industri-industri rumah tangga di dalam desa.
“Produksi Nenas kita belum cukup. Masih perlu pengembangan lagi di desa-desa. Dari 13 desa yang ada, baru ada sekitar sembilan desa yang mulai menerapkan Nenas sebagai komoditinya. Stok itupun saya rasa belum cukup,” kata Marief.
Dijelaskannya, untuk mendatangkan investor atau perusahaan yang mengelolah Nenas menjadi bahan jadi, perlu perbandungan stok yang memadai yang sesuai dengan tingkat kebutuhan perusahaan per hari. Itu menjadi indikator utama untuk mendatangkan investor masuk di Kecamatan Passi Barat.
“Makanya saya selaku pemerintah kecamatan ingin menerapkan bahwa Passi Barat dikhususkan program pemerintah dibidang perkebunan dan pertanian lebih kepada satu komoditi saja, yaitu tanaman Nenas. Jangan dulu diberikan bantuan-bantuan menanam kayu dan lain sebagainya. Fokus dulu pada satu produk yang kita unggulkan,” terang Marief.
Menurutnya, pemahaman pengelolaan tanaman Nenas, pada umumnya telah dipahami dengan baik oleh masyarakat Kecamatan Passi Barat. “Saya pelajari secara bertahap, lalu dimulai dari Desa Lobong, dikenal dengan penghasil nenas terbesar, dia merembet lagi, Lobong menjadi pemasok bibit ke desa tetangganya Uwangga, yang beli hasil Desa Lobong. Berlanjut lagi dari Desa Uwangga jadi pemasok bibit ke desa lainnya, pemasarannya kembali ke Desa Uwangga, akhirnya berkembang secara terus menerus hingga saat ini ada sekitar sembilan desa intens hasilkan produksi Nenas,” jelas Marief.
Sebelumnya, Marief mengatakan sudah sempat ada pabrik pengolahan hasil Nenas menjadi barang jadi yang disediakan di Desa Lobong. Namun sampai dengan saat ini belum bisa dimanfaatkan dengan baik karena stok masih kurang. “Alat-alatnya masih ada sekarang. Ini akan kita coba kembangkan menjadi inovasi baru bagi warga Kecamatan Passi Barat. Dimana rencananya, pemberdayaannya akan kita mulai dari memanfaatkan Bumdes yang ada di desa. Bumdes yang nantinya menyalurkan bantuan bibitnya, hasilnya Bumdes yang membayarnya sesuai dengan harga petani. Supaya dalam indikator capaian peningkatan kesejahteraan masyarakat dapat terukur,” ucap Camat.
Dengan demikian, capaian indikator terpenuhi, mudah bagi Pemerintah Kabupaten dan Pemerintah Kecamatan mendatangkan investor yang mau menanamkan investasinya di wilayah. “Karena kita sudah memiliki data pembanding tingkat penghasilan masyarakat per desanya. Bahkan saya akan mencanangkan disattu tempat untuk Passi Barat ada wisata agro industri Nenas. Warga datang berkunjung sepuasnya makan nenas, tapi kalau pulang bawah harus bayar kalau membawah pulang nenasnya ke rumah. Itu target saya enam bulan kedepan ini,” ungkap Marief. (cepe)