BOLMONG, dutademokrasi.com – 15 Kecamatan di Kabupaten Bolaang Mongondow (Bolmong), secara serentak melaksanakan musyawarah adat (Mobakid) dalam rangka pemberian gelar adat kepada pemangku adat tertinggi (Ki Sinungkudan), Jumat 18 Maret 2022.
Musyawarah mobakid dilaksanakan di tiap kecamatan dan diikuti oleh semua perwakilan lembaga Adat di 200 desa 2 Kelurahan.
Mobakid ini dipimpin langsung oleh pemangku adat di kecamatan melekat ke Camat di masing-masing kecamatan.
Menurut Tokoh Adat Bolmong yang juga Ketua Lembaga Warisan Budaya Bolaang Mongondow Raya (LWB_BMR) Chairun Mokoginta sebelum pelaksanaan pemberian adat kepada pemangku adat tertinggi melekat ke Bupati Bolaang Mongondow Dra Hj Yasti Soepredjo Mokoagow.
Tahapannya didahului musyawarah mobakid di wilayah. Dimana hasil kesepakatan musyawarah mobakid tersebut diteruskan ke Kabupaten untuk ditindaklanjuti oleh pemangku adat dalam pemberian gelar,” katanya.
Sementara itu Murdiono Mokoginta selaku Ketua Lembaga Study Sejarah Bolaang Mongondow Raya (PS2BMR), mengatakan berdasarkan kajian tim dan usulan beberapa tokoh daerah, pemberian gelar adat ini sangat layak disematkan ke bupati Yasti Soepredjo Mokoagow.
Di mana sebelumnya jelasnya, telah berkontribusi besar bagi pembangunan masyarakat di Bolaang Mongondow mulai menjabat ketua Komisi V DPR RI, hingga menjabat Bupati Bolaang Mongondow, sehingga 15 pemangku adat kecamatan dan perwakilan desa merekomendasikan serta menyepakati hasil Mobakid pemberian gelar.
Selain itu ungkapnya, Ki Sinungkudan Bolaang Mongondow mampu membawa perubahan dalam kemajuan Bolaang Mongondow seperti hadirnya Kawasan Industri Mongondow (KIMONG), Pembangunan Bandar Udara Loloda Mokoagow, Pembangunan Waduk Pindol, Terminal Tipe A di Lolak, serta pembangunan lainnya yang terus dimaksimalkannya.
Dari penilaian tersebut, maka atas dedikasi Bupati Yasti Soepredjo Mokoagow yang tulus ikhlas membangun daerah maka pemangku-pemangku adat bersepakat memberikan gelar adat.
“Insya allah pelaksanaan prosesi gelar adat dilaksanakan Senin besok di ibu kota lolak,” ungkap Chairun dan Murdiono Mokoginta.***