BOLMONG, dutademokrasi.com— Susanti Mokodongan mengabdi sebagai salah satu tenaga guru honorer di SDN Kolingangaan. Mengajar sejak tahun 2017 dengan upah yang didanai melalui dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) setiap tiga bulan sekali. Tak ada keluhan darinya, hanya memilliki tujuan mencerdaskan anak pelosok negeri.
Warga Desa Kolingangaan, tinggal menetap di Desa Tudu Aog Kecamatan Bilalang, Susanti setiap harinya harus menempuh perjalanan naik turun bukit dengan kondisi jalan bebatuan, dengan menggunakan sepeda motor. Gaji setiap triwilannya Rp 500 ribu, jika dihitung dari ongkos perjalannya setiap hari menuju SDN Kolingangaan tak cukup. Belum lagi kebutuhan keluarga yang harus mengurus dua anak lelakinya.
“Gaji saya hanya lima ratus ribu per triwulannya. Tapi alhamdulillah, sudah membantu kebutuhan keluarga,” kata guru honor ini.
Kadang dirinya berangkat diantar jemput suaminya, seringkali juga harus mengendarai kendaraan sendiri, jika kelelahan, menginap di perkampungan yang juga merupakan tempat tinggal asalnya. “Ke sekolah naik motor. Kadang diantar sama suami, lain kali saya sendiri yang bawah motornya. Kalau dapat tumpangan mobil, naik mobil juga sering,” ungkap dia.
Semangat tenaga pendidik honorer ini untuk mencerdaskan anak pelosok negeri patut diapresiasi sebagai bentuk pengabdiannya terhadap bangsa. Upah pemerintah tak cukup untuk membiayai kehidupan sehari-harinya. Jika menghitung ongkos perjalannya, per harinya harus menguras kocek Rp 20 ribu untuk bensin sepeda motor. Dikalikan perbulannya dihari kerja 24 hari, total pengeluarannya sebesar Rp 480 ribu perbulan. Sementara, gaji diterimanya hanya Rp 500 ribu per tiga bulan.
“Bagi saya, tujuannya hanya untuk mengabdi untuk mencerdaskan anak-anak disini. Kalaupun ada tambahan gaji, saya sudah sangat bersyukur sekali,” ucanya penuh harap. (cepe)