(Oleh : Subagio Manggopa Warga Bangomolunow)
Membincangi peranan perempuan saat ini, masih termarginalkan oleh mainstream pemikiran urusan dapur melulu. Padahal, sejarah mencatat, perempuan cukup sukses ketika menjadi Pemimpin.
Sebut saja ; Benazir Buto (Pakistan), Margaret Tatcher (Inggris) dan di negara kita, ada Megawati Soekarno Putri serta masih banyak lagi pemimpin-pemimpin perempuan yang menginspirasi kaum perempuan saat sekarang ini.
Di tengah pandemi covid-19, beberapa pemimpin perempuan seperti; Perdana Menteri Islandia, Katrín Jakobsdóttir, Presiden Taiwan, Tsai Ing-wen, dan Perdana Menteri Selandia Baru, P Jacinda Ardern santer menjadi perbincangan hangat. Respons yang cepat terhadap covid-19 dan kualitas kepemimpinan yang dimiliki menjadi kunci keberhasilan mereka untuk memutus mata rantai penyebaran covid-19 di negara mereka.
Tidak berbeda jauh dari para Pemimpin Dunia, hal serupa pula dilakukan oleh Bupati Bolaang Mongondow, Yasti Soepredjo Mokoagow (YSM). Manakala dirinya bertindak cepat dalam merespon covid-19 dengan mengeluarkan surat edaran yang Isinya, kegiatan belajar mengajar di sekolah dilakukan di rumah secara daring (online), dan aparatur sipil negara (ASN) bekerja dari rumah (Bupati yang pertama kali menerapkan kebijakan ini di Bolaang Mongondow Raya).
Keseriusan sang Bupati berlanjut untuk memutus mata rantai covid-19, tatkala dirinya menginstruksikan seluruh Kepala Desa di Bolaang Mongondow untuk proaktif secara terus-menerus memberikan himbauan kepada masyarakat agar menjaga kebersihan, physical distancing atau social distancing dan menghindari berkumpul dalam jumlah yang banyak. Termasuk hajatan kemasyarakatan untuk sementara tidak boleh dilaksanakan.
Bupati YSM juga bersama Kepala Daerah lainnya di BMR, mengeluarkan kebijakan perihal pembatasan perlintasan kendaraan dan orang masuk-keluar wilayah Bolaang Mongondow. Upaya ini dilakukan guna meningkatkan kewaspadaan serta melindungi masyarakatnya dari bahaya corona. Tak main-main demi menjaga keselamatan rakyatnya, Bupati YSM sampai mengajukan permohonan ijin atas Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) untuk Kabupaten Bolaang Mongondow kepada Kementrian Kesehatan, namun permohonan ini ditolak. Padahal, jika pun dikabulkan, YSM telah menyiapkan anggaran 160 miliar untuk menjamin kebutuhan pangan rakyatnya.
Meskipun ditolak, upaya memutus mata rantai penyebaran covid-19 di Bolaang Mongondow terus dilakukan terutama sekali himbauan berkumpulnya orang dalam jumlah yang banyak. Dan paling gress mengeluarkan surat edaran perihal sementara waktu sholat tarawih dan ritual keagamaan lainnya di bulan Ramadhan tidak bisa dilaksanakan dulu. Kendati mendapat protes karena dinilai Bolaang Mongondow berada di zona hijau sehingga masih aman untuk melaksanakan kegiatan ibadah di Mesjid. Namun, tak sedikit pula yang mendukung kebijakan tersebut.
Bahkan jika ditanya soal itu, saya pun manut dan sependapat dengan keputusan tersebut. Pasalnya, hampir 70 persen Mesjid di Bolaang Mongondow di Jalan Trans Sulawesi dan menjadi perlintasan dari daerah satu ke daerah lainnya. Dan Mesjid menjadi tempat persinggahan orang untuk melaksanakan sholat. Ini artinya, potensi penularan dan penyebaran corona sangatlah besar. Sehingga, keputusan melarang sholat Tarawih di Mesjid sangatlah tepat. Bukankah agama juga mensyariatkan “Mencegah lebih baik daripada mengobati?”
Tak hanya itu, Bupati YSM pun memberikan bantuan sembako kepada masyarakat yang terkena dampak Covid-19 di 15 Kecamatan di Kabupaten Bolaang Mongondow. Program tersebut rencananya disiapkan dalam jangka waktu 9 bulan lamannya hingga Desember 2020 mendatang. Selain sembako, sebagai penyanggah ekonomi rakyat, YSM membuat program dengan memperkuat sektor ketahanan pangan dengan memberikan bantuan bibit pertanian dan pupuk. Program ini diharapkan akan menggerakkan ekonomi rakyat.