Pemerintah Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan, Kamis (6/7) kemarin, menggelar acara halal bi halal. Tradisi Bangsa Indonesia ini, dari turun-temurun terus terjaga dan dibawah hingga saat ini, setiap kali usai pelaksanaan Hari Raya Idul Fitri bagi umat Islam. Momentum seperti ini, menjadi ajang silaturahim bagi seluruh umat dalam maaf-memaafkan dengan ketulusan hati yang benar-benar ikhlas.
Dalam pelaksanaan ini, Pemkab Bolsel menghadirkan pembawah hikmah halal bi halal, salah satu putra daerah yang sudah lulus dalam pendidikan di salah satu universitas Kairo-Mesir, Al Ustadz Hajirin Saripi, LC. Hikmah yang disampaikannya, tidak lain mengajak untuk lebih mempelajari tentang keikhlasan dalam silaturahim.
“Makna dari halal bi halal ini, artinya saling ikhlas untuk memaafkan kesalahan-kesalahan orang lain terhadap diri kita sendiri. Bukan hanya berjabatan tangan saja, dengan bercucuran air mata, tapi benar-benar dari hati yang tulus ikhlas,” kata Ustadz Hajirin.
Menempuh pendidikan cukup lama di negeri Kairo-Mesir sana, Al Ustadzd sedikit memberikan gambarannya pengetahuannya terkait halal-bi halal. Dimana dituturkannya, sepanjang perjalannannya di negeri Arab Saudi, tidak ada pelaksanaan halal bi halal seperti diselenggarakan tersebut. “Hanya sebuah tradisi yang ada di Negara Indonesia, yang dijalankan turun-temurun, hingga generasi kita saat ini. Tapi momentum ini sangatlah baik, untuk lebih mempererat lagi tali silaturahmi kita sesama hamba ALLAH,” tutur Ustadz.
Demikian pula halnya dengan penyampaian Bupati Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan H Herson Mayulu SIP, sepenggal kisah halal bi halal juga disampaikannya pada momentum halal bi halal Pemkab ini. Dibenarkannya, sebagaimana pengetahuannya tentang halal bi halal, bangsa Indonesia sudah menganutnya sejak dahulu kala. Dimana sang pangeran dari tanah jawa, Pangeran Sambar Nyawa yang ingin silaturahim dengan seluruh ulama Muslim kala itu. Dibuatla halal bi halal usai lebaran Idul Fitri.
Tak hanya itu saja, Bupati juga mengulas sedikit kisa Presiden RI Pertama Soekarno yang menginginkan persatuan bangsa terjaga dengan baik, usai Kemerdekaan RI pada tahunn 1948. “Presiden Soekarno, memanggil salah satu ulama besar ditanah jawa untuk berdiskusi dengannya. Mencarikan solusi bagaimana mempersatukan bangsa dengan menjalin silaturahim sesama. Kalau hanya pertemuan biasa, menurut Bung Karno, bisa dilakukan kapan saja. Dicarilah momentum usai lebaran seperti ini, dan dikemas dalam acara halal bi halal,” ucap Bupati dalam sepenggal kisah halal bi halal di Indonesia.
Menurut Bupati, jika dikaitkan dengan agama Islam, momentum saling memaafkan dilaksanakan sebelum Bulan Ramadhan datang atau tepatnya pada Bulan Rajab (hitungan bulan islam). “Tapi ini juga tidak salah, karena halal bi halal dapat pula bermakna menyambung tali silaturahim sesama,” kata Bupati lagi.
Lewat momentum ini, Bupati menyampaikan Minal Aidin Wal Faidzin, mohon maaf lahir dan batin. “Kita merajut kembali hubungan silaturahim ini dengan baik,” ucap Bupati. (advetorial/firman)