BOLSEL, dutademokrasi.com – Munculnya jenis KB Vaksetomi di wilayah Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan, bukan menjadi incaran masyarakat. Terbukti, KB jenis ini jarang digunakan oleh warga.
“Yang terakhir kegiatan vasektomi tahun 2012 di Kecamatan Posigadan. Diikuti oleh 25 orang,” kata Kepala Seksi Keluarga Berencana (KB) Selpiana H Dewali, di Kantor Dinas Sosial dan KB Bolsel kemarin.
Padahal setiap bulan pihaknya mensosialisasikan keuntungan menggunakan KB pria, baik di kecamatan maupun di desa – desa. Seperti yang terdata, sosialisasi terakhir dilakukan di Desa Popodu Kecamatan Bolaang Uki tanggal 9 Mei 2017.
“Tahun 2013 sampai 2017 tidak ada peserta Vasektomi sama sekali,” kata dia.
Dia membeberkan, jenis KB ini masih dianggap tabu oleh sebagian besar masyarakat, kemudian dinilai bertentangan dengan aturan agama. “Padahal kami bukan memotong saluran sperma, melainkan diikat dan bisa dilepas jika diminta,” kata dia.
Ditambah lagi tindakan kolaboratif tersebut tidak lagi gratis melainkan berbayar, sebab harus mendatangkan dokter ahli. Sebelumnya sempat ada peminat di desa Transpatoa namun entah mengapa berubah pikiran dan tidak mau pakai KB ini.
Padahal pihaknya menghadirkan penyuluh KB dari Provinsi Sulawesi Utara dan KUA. “Syarat harus 30 – an tahun ke atas, dan tidak menderita penyakit kronis seperti diabetes,” kata dia.
Sementara itu Herson Roro (43) warga Molibagu Kecamatan Bolaang Uki, mengatakan takut menggunakan KB tersebut. Sebab katanya ada efek samping. “Saya tidak berani, karena katanya KAB tersebut bisa membuat pesertanya menjadi gemuk,” kata Herson.
Dibalik itu Kepala Dinas Sosial dan KB Nelly Kasiaradja, mengatakan penggunaan KB ini 99 persen sangat aman. Tidak menimbulkan efek samping seperti apa yang ditakutkan oleh masyarakat.
“Itu hanya ketakutan sesaat, yang jelas semua aman untuk program KB,” tukasnya. (firman)